top of page

Ini Cara Yang Benar Memuji Buah Hati Anda

  • Writer: eko wahyudi
    eko wahyudi
  • Jul 5, 2024
  • 2 min read

ree

Dalam buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm ada sebuah cerita menarik tentang anak kecil di supermarket. Si anak kecil menjatuhkan sekotak susu di bagian kasir, kotaknya terbuka dan susunya tumpah menggenangi lantai. Sang ibu langsung berkata, 'Anak bodoh.'


Di lorong sebelahnya, seorang anak kecil lain menjatuhkan sekotak madu sehingga madunya tumpah ke lantai. Sang ibu kemudian berkata, “itu perbuatan bodoh nak”

Kisah ini menunjukan dua pendekatan berbeda dalam menghadapi kesalahan anak.

Bocah pertama dicap sebagai anak bodoh sedangkan bocah kedua tidak dicap bodoh tapi perbuatannya yang bodoh.


Bocah yang pertama mungkin akan benar-benar percaya bahwa dirinya bodoh. Tapi bocah yang satunya akan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.


Pujian untuk anak itu penting karena dapat mengaktifkan sistem penghargaan dalam otak mereka. Menurut penelitian, cara kita memuji anak dapat mempengaruhi perkembangan identitas dan perilaku mereka.


Tapi ada penelitian menarik tentang apa yang harus dipuji ke anak.


ree

Seorang psikolog bernama Christopher Bryan melakukan penelitian dimana dia memberikan dua jenis pujian yang kepada anak-anak.


Dalam penelitian tersebut ditemukan jika anak-anak yang berusia 3-6 tahun lebih cenderung untuk merapikan mainan mereka jika mereka dipuji sebagai “penolong” daripada hanya dipuji sebagai orang yang suka menolong.


Secara tidak langsung ini menunjukan bahwa pujian yang fokus pada karakter lebih berdampak positif dari pujian yang fokus pada tindakan.

Jika misal anak Anda baru saja menyelesaikan PR Matematikanya, maka pujian karakter seperti:

"Kamu memang anak yang rajin dan pintar" akan lebih efektif dibandingkan hanya mengatakan, "Kamu pintar dalam matematika."

Dua pujian ini meskipun terlihat sama, tapi sebenarnya berbeda.

Pujian “kamu memang anak yang rajin dan pintar” fokus kepada karakter si anak sedangkan pujian “kamu pintar dalam matematika” fokus pada pada kemampuannya dalam satu mata pelajaran tertentu.

Ini persis dengan cerita Ajahn Brahm diatas. Anak yang dicap sebagai anak bodoh akan cenderung merasa dirinya bodoh. Sedangkan anak yang dicap melakukan tindakan bodoh tidak akan menganggap dirinya bodoh.


Ini erat kaitannya dengan sebuah fenomena psikologis yaitu FRAMING EFFECT.


ree

Framing effect sederhananya adalah sebuah bias dimana bagaimana informasi disajikan mempengaruhi keputusan yang kita ambil.


Misal saat berhadapan dengan anak yang kurang pintar, si guru bisa mengatakan ke orang tua bahwa si anak perlu belajar lebih giat lagi alih-alih mengatakan si anak kurang pintar.


Dalam hal pujian, menyebut anak Anda sebagai seorang penolong atau anak yang pintar matematika memberikan framing effect dimana anak Anda akan cenderung menginternalisasi identitas yang diberikan melalui pujian tersebut.


Framing yang positif, yang fokus pada karakter bukan tindakan, dapat membantu anak Anda untuk membentuk citra diri yang positif dan bisa mendorong mereka bertindak sesuai dengan citra diri tersebut.


Jadi kesimpulannya, pujian sudah terbukti mengaktifkan sistem penghargaan dalam otak si anak dimana aktifnya sistem penghargaan ini akan membuat mereka senang.


Tapi ada perbedaan dari bagaimana kita memuji. Pujian yang fokus pada karakter akan membuat anak Anda untuk cenderung bertindak sesuai karakter yang diberikan.


Dengan kata lain, anak yang dipuji sebagai orang baik akan cenderung bertindak sebagai orang baik dibandingkan anak yang dipuji sebagai orang yang berbuat baik.

Semoga membantu.


ree

Referensi

Comments


© 2024

bottom of page